Foto : Dokumentasi BSK 2023 pada instagram @bskunair2024
Pelaksanaan BSK yang mulanya dilaksanakan 8 hari, dipersingkat menjadi 4 hari atas permintaan Departemen Komunikasi (DEPKOM). Konsiderasi utamanya adalah keamanan dan kesehatan para peserta BSK yang masih berada di tahap adaptasi.
KOMA - Baur Sedalu Komunikasi (BSK) merupakan serangkaian kegiatan ospek jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga yang telah berjalan sejak angkatan terdahulu. Bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi, BSK adalah saat dimana maba (mahasiswa baru) mengenal keluarga barunya, yaitu HIMAKOM. Melalui BSK, seorang mahasiswa dapat dianggap sebagai ‘arek komunikasi’. Pada tahun sebelumnya, BSK dilaksanakan selama 8 hari selama weekend dalam waktu satu bulan. Namun, di tahun ini, terjadi perubahan jumlah pelaksanaan, yang rencananya berlangsung 8 hari dipangkas menjadi 4 hari.
“Rencana awal kita sama seperti tahun lalu, yaitu 8 (hari), dengan konsiderasi-nya: bisa merasakan kehangatan dan keseruan BSK itu lebih lama lagi, kemudian juga tidak memberatkan kerja teman-teman panitia dalam satu hari, dan untuk mahasiswa barunya sendiri agar pulangnya tidak terlalu sore atau datangnya terlalu pagi,” ungkap Matthew Reynard, Ketua Pelaksana BSK tahun 2024.
Berdasarkan alasan-alasan tersebut, panitia BSK 2024 pun mengajukan rangkaian acara yang akan dilangsungkan selama delapan hari. Hari pertama BSK jatuh pada satu hari sebelum hari pertama masuk kuliah mahasiswa baru. Namun, pihak Departemen Komunikasi meminta penyesuaian terhadap rencana tersebut karena dianggap terlalu panjang. Di sisi lain, Departemen Komunikasi menyampaikan agar memberikan waktu bagi para mahasiswa baru untuk mulai beradaptasi dengan minggu perkuliahan. Setelah melalui diskusi panjang dan beberapa kali revisi, panitia BSK merevisi rundown BSK 2024 hingga menjadi 4 hari, dimulai pada 1 September. Namun, meskipun rancangan, teknis, maupun penugasan sudah disetujui, pihak Depkom masih meminta perubahan tanggal. Akhirnya, kedua pihak pun menemukan solusi dan sepakat bahwa BSK 2024 akan dimulai pada 7-8 September.
“Kita sempat mengajukan proposal ke pihak Depkom, sayangnya sempat terjadi revisi atau penolakan/penyesuaian sampai 4 kali jadi lumayan banyak, jadi kita emang agak tertahannya di situ kemarin,” ujar Matthew lagi.
Pernyataan ini dikonfirmasi oleh Kartika, Wakil Ketua HIMAKOM. Ia mengonfirmasi bahwa penyampaian informasi mengenai BSK, dilakukan antara Departemen Komunikasi dan HIMAKOM, lalu ke panitia BSK.
“Dari Informasi yang diberikan pihak Depkom melalui chat whatsapp, concern-nya adalah karena mahasiswa baru masuk lebih telat daripada angkatan sebelumnya. takutnya mengganggu perkuliahan di awal-awal maba masuk. Karena di awal perkuliahan banyak informasi yang harus mereka cerna," jelas Kartika.
Titik Puji Rahayu atau yang akrab disapa Bu Titik, selaku Ketua Departemen Komunikasi mengaku bahwa jangka waktu BSK yang berlangsung selama 8 hari baru diketahui departemen sejak tahun 2020. Sebelumnya, BSK hanya berlangsung selama 1 hari 1 malam, sesuai dengan kata ‘sedalu’ yang berarti semalam.
Perubahan jadwal semula bukanlah masalah, namun saat BSK 2022 berlangsung, Bu Titik menerima kabar bahwa salah satu peserta BSK mengalami overdosis obat penenang akibat depresi yang dialaminya. Penyebab overdosis ini diduga berasal dari tekanan yang dihadapi sebagai mahasiswa baru, seperti menyesuaikan diri di kota baru, rangkaian ospek yang panjang, dan beban tugas ospek, termasuk yang berasal dari BSK.
“Pada saat itu ada ortu telpon saya untuk keringanan tugas BSK karena anaknya masuk UGD karena depresi. Saya langsung minta Aji untuk dibebaskan semua tugas. Minta tolong juga tugas BSK jangan dibuat menekan mahasiswa, tugasnya kan harusnya membuat mahasiswa homey sebagai mahasiswa ilmu komunikasi. Tapi kok saat ganti ke Aqila, masih 8 hari, ya,” jelas Bu Titik.
Membatasi jadwal BSK bagi Bu Titik dan Departemen Komunikasi merupakan bentuk manajemen risiko agar hal-hal serupa tidak terjadi. Bu Titik juga menimbang kekhawatiran lain, seperti :
Mahasiswa datang dari segala penjuru Indonesia dan masih dalam proses adaptasi. Mereka membutuhkan waktu untuk pulang kampung setiap minggunya sebagai bentuk adaptasi. Jika setiap weekend mahasiswa diharuskan mengikuti rangkaian ospek yang berlangsung selama 8 minggu, mereka tentu diharuskan untuk menetap di Surabaya. Akhirnya, proses adaptasi akan terhambat dan menyebabkan kekhawatiran pada mahasiswa baru yang berasal dari luar Surabaya.
Mengimbau panitia agar tidak memberikan tugas motorik seperti memesan kaos angkatan ke percetakan. Tugas motorik seperti itu akan memberatkan mahasiswa yang masih beradaptasi di Surabaya.
Dalam 8 hari, idealnya itu harus diawasi oleh salah satu dosen komunikasi. Namun, dalam praktiknya jadwal dosen komunikasi sangat padat sehingga tidak memungkinkan hal itu terjadi. Jika ospek berjalan tanpa pengawasan, apalagi melibatkan kerumunan dengan massa yang besar, maka bukan tidak mungkin hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Maka, peringkasan hari perlu dilakukan.
Mahasiswa baru mendapatkan 18 SKS mata kuliah PDB selama satu semester kedepan, dimana mata kuliah tersebut akan menyita banyak waktu dan tenaga para mahasiswa. Jika waktu dan tenaga tersebut harus dibagi dengan ospek yang menyita waktu panjang, maka akan memberatkan mahasiswa.
Bu Titik juga menyampaikan bahwa pelaksanaan BSK bukanlah sesuatu yang sakral. Jika yang awalnya sehari bisa menjadi 8 hari, maka ada kemungkinan rentang waktu BSK akan berubah lagi. BSK, harusnya menjadi sesuatu yang enjoyable, sesuatu yang homey dan tidak memberatkan pada maba Ilmu Komunikasi, tak peduli berapa hari yang akan ditempuh. Asal, kesehatan dan keamanan mahasiswa menjadi prioritas di atas keguyuban.
“Sekali lagi BSK bukan sesuatu yang sakral, tidak harus 4 hari. Jangan mensakralkan sesuatu yang tidak perlu. Yang seharusnya dikhawatirkan itu, jika BSK ditiadakan. Kalau 4 hari bisa, kenapa harus dipanjang-panjangkan. Tidak ada hal yang kaku soal itu. Kalau ada reasoning yang kuat ya monggo. Tapi sejauh ini, kami belum melihat reasoningnya. Yang penting, keamanan dulu, keguyuban setelahnya," pungkas Bu Titik pada 14/08/24.
Penulis : Anisa Eka dan Naara Nava
Editor : Eka Sumartini
Comments