Penulis: Vlea Viorell Indie Princessiella | Editor : Anisa Eka Febrianti
Beberapa artikel ilmiah terbaru terbukti dalam tulisannya menggunakan bantuan AI dan lolos review hingga tahap publikasi. Maraknya AI yang didampingi rancunya aturan dalam pemanfaatannya menimbulkan pertanyaan etiskah AI dalam penulisan karya ilmiah?
KOMA - Istilah AI atau Artificial Intelligence tentu bukan istilah asing bagi pengguna internet. AI yang seolah menjadi primadona zaman sekarang berkembang cepat penggunaannya di berbagai bidang, tak terkecuali di bidang akademik. Berlimpahnya situs web yang menyediakan layanan AI dengan keunggulannya masing-masing seakan memanjakan penggunanya untuk terus-menerus menggunakan AI di segala pekerjaan yang harus mereka tuntaskan. Hal ini tentu dapat menjadi pedang bermata dua bagi dunia akademik karena ketidaktersediaannya peraturan atau hukum yang mengatur penggunaan AI termasuk dalam penulisan ilmiah.
Bulan Maret lalu sebuah unggahan di platform X (sebelumnya Twitter) menjadi sorotan beberapa pengguna aplikasi tersebut terutama pengguna yang berstatus mahasiswa. Salah satu unggahan akun @collegemenfess menunjukkan tangkapan layar dari sebuah artikel ilmiah yang dirilis oleh Elsevier, perusahaan penerbitan akademik asal Belanda, yang terduga memiliki campur tangan AI di dalamnya.
Dugaan ini muncul akibat adanya kalimat dalam artikel mereka yang merujuk pada respons AI. Kalimat tersebut berisi, “Certainly, here is a possible introduction for your topic:…” yang biasa menjadi format awalan ketika AI akan menjawab sebuah prompt yang diberikan penggunanya. Namun, belum ada bukti konkrit bahwa artikel ilmiah tersebut benar-benar menggunakan AI untuk menuliskan beberapa bagian di dalamnya.
Pada kolom balasan di unggahan akun @collegemenfess tadi, beberapa warganet juga menunjukkan artikel ilmiah lain yang diduga menggunakan bantuan kecerdasan buatan untuk menuliskan artikel mereka. Salah satu balasan menunjukkan sebuah artikel ilmiah dalam jurnal yang juga dirilis Elsevier menyebutkan secara gamblang dalam tulisannya bahwa AI yang penulis artikel gunakan tidak dapat memenuhi permintaan karena AI tersebut tidak memiliki akses terhadap informasi dalam waktu nyata atau data spesifik yang dibutuhkan.
Penggunaan Artificial Intelligence pada etikanya dalam menulis riset atau artikel akademik menjadi topik pembicaraan dan debat yang masih berlangsung (Mondal & Mondal, 2023). AI adalah pedang bermata dua. Di satu sisi, tentu banyak manfaat yang bisa didapatkan dari penggunaan AI bahkan dalam penulisan ilmiah. Contoh kecilnya, AI dapat mengoreksi kesalahan yang dapat terlalaikan oleh manusia seperti kesalahan penulisan huruf atau tata bahasa. Namun, di sisi yang lain, AI juga memiliki kelemahan yang dapat memperburuk hasil tulisan ilmiah dan menjadikan tulisan tersebut tidak lagi relevan terhadap penelitian. Isu plagiarisme yang tidak disadari menjadi kekhawatiran terbesar dalam penulisan ilmiah yang menggunakan bantuan AI.
Kedua pertimbangan tersebut tidak mengelak akan eksistensi AI yang semakin marak penggunaannya, yang artinya teknologi ini akan terus ada dan tidak dapat diberhentikan. Pemanfaatan teknologi AI di bidang akademik harus disertai dengan kesadaran dan tanggung jawab penuh sang penulis. AI seharusnya menjadi pelengkap dan bukan menjadi pengganti keahlian manusia untuk mendukung integritas dan kualitas dari penulisan ilmiah (Mondal & Mondal, 2023). Kebijakan dalam pemakaiannya juga menjadi hal yang harus dijunjung tinggi agar tidak memberi dampak buruk kepada masa depan dunia akademik dan penelitian ilmiah.
Referensi :
Mondal, H., & Mondal, S. (2023). Can Researchers Write their Articles by Artificial Intelligence? Journal of Applied Sciences and Clinical Practice, 4(3), 165-167. https://journals.lww.com/jasc/fulltext/2023/04030/can_researchers_write_their_articles_by_artificial.1.aspx
Comments